POHONPohon adalah syair yang ditulis bumi pada langit. Kita tebang pohon itu dan menjadikannya kertas, dan di atasnya kita tulis kehampaan kita. (Syeikh Ibnu Athaillah As-Sakandar) Aku tahu rizkiku tidak dimakan orang lain, karenanya hatiku tenang. Aku tahu amalan-amalanku tidak mungkin dilakukan orang lain, maka aku sibukkan diriku dengan SyairAl Hikam merupakan kata-kata bijak Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam maqolah Kitab Al-Hikam dilengkapi teks arab dan artinya. Munajat Ibnu Athaillah dalam Kitab Al-Hikam yang Menyentuh Hati. 9 Juli 2022. Tanda Dalamsebuah syair dikatakan: Syaikh Ibn Athaillah AlSakandari berkata, “Siapa yang (merasa) tidak memiliki amalan shalat dan puasa yang banyak untuk menghadap Allah di hari kiamat, maka hendaknya ia perbanyak membaca shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad Saw.” Cinta Pada Nabi Membuat Jasad Utuh Dalam Kubur November 9, 2021 Masaini dimulai semenjak kepindahan Ibn Athaillah dari I skandariah ke Kairo. BIOGRAFI SYECH IBNU 'ATHAILLAH ASSAKANDARY; SYAIR KEHIDUPAN; ORANG YANG BANGKRUT Agustus (2) ADAB BERZIKIR; cinta rasul (16) do'a (51) Fadhilah (64) Fiqh (67) Foto Ulama (44) Hadits (11) Ibadah (37) Diterbitkan Minggu, 11 Apr 2021 Kategori: ARTIKEL AGAMA Komentar: 0 komentar. KITAB AL-HIKAM. Karya Syaikh Ibnu ‘Athoillah As-sakandariy. MUQODDIMAH. بسم الله الرحمن الرحيم. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang mengisi [memenuhi] hati Cintadan Rindu itu ibarat dua sisi dari mata uang yang sama. Tak ada cinta tanpa rindu, dan tak ada rindu bila tak ada cinta. Sejak kecil, Imam Syafi’i sudah gandrung dengan syair. Ia bahkan sempat mempelajari syair-syair. Kitab al-Hikam karya Ibnu Athaillah as-Sakandari (1259-1310 M) ini merupakan salah satu kitab paling legendaris Syaircinta sufi. 1,498 likes · 17 talking about this. group ini berisi tentang cinta terhadap sang kholik. Jump to. Sections of this page. Al-Hikam Untaian Hikmah Ibnu Athaillah. Book. Rumi, Cinta dan Syair. Author. Tasawuf Spiritual. Cultural Center. Mistikus Cinta. Religious Organization. Ngaji Kitab Alkhikam Ibnu Atho'illah Assakandari. Puisidan Syair; Konsultasi. Konsultasi Agama; Konsultasi Arsitektur; Konsultasi Desain Interior; Konsultasi Ekonomi; Ibnu 'Athaillah ; Ibnu Abbas ; Ibnu Abbas RA ; Ibnu Abi Daud ; Ibnu Abi Hatim ; Ibnu Abi Syaibah ; Ibnu Affan ; Pelajaran Etika dari Pelajaran Hidup Umar ibnu al-Khaththab 16/10/20 | 12:38; Bukan Mau tapi Siap, Inilah 4 Vkx97M. Ibnu Atha’illah as-Sakandari, salah satu ulama sufi ternama yang menjadi rujukan para ulama menyatakan dalam karyanya, Al-Hikam, bahwa senang dan sedih adalah dua entitas yang tak bisa dipisahkan. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa sesuatu yang disenangi adalah juga sesuatu yang disedihkan. Jika yang disenangi banyak, maka kesedihan pun akan banyak. Sehingga Ibnu Atha’illah menyatakan لِيِقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلَّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ“Tatkala berkurang apa yang membuatmu bahagia, maka berkurang pula apa yang membuatmu sedih”. Al-Hikam hlm 45Cuplikan di atas menunjukkan bahwa kebahagiaan seseorang ditentukan pada sedikit atau banyaknya cinta seseorang pada dunia seisinya. Penulis meyakini bahwa Syeh Ibnu Atha’illah tidak melarang manusia menjadi kaya atau memiliki segala hal yang membuatnya bahagia. Namun beliau mengingatkan bahwa semakin banyak manusia cinta pada dunia—dan itu membuatnya bahagia—maka semakin besar pula potensi kesedihan yang akan dialami jika suatu saat apa yang dicintai dan dimiliki hilang, dicuri, mati, hanyut, atau ditelan bumi. Dikatakan pula dalam sebuah syair ومن سره أن لايرى ما يسوؤه * فلا يتخذ شيئا يخاف له فقدافإن صلاح المرء يرجع كله * فسادا إذا الإنسان جاز به الحدا“Barang siapa bahagia jika tidak melihat sesuatu yang membuatnya susah dan sedih, maka janganlah ia mengambilnya jika khawatir kehilangan. Karena sesungguhnya seluruh kepantasan seseorang akan rusak jika melampaui batas”.Ulama dan uqola’, orang yang berakal mengatakan bahwa dar’ul mafaasid ahammu min jalbil mashalih, menghindari kerusakan lebih penting dari pada mencari maslahat. Dengan kata lain, kemampuan menghindarkan kerusakan akibat kesedihan harus didahulukan dari pada mengedepankan kemaslahatan berupa kebahagiaan yang timbul dari sesuatu yang bisa cepat dalam kitab Syarhul Hikam, seseorang raja mendapatkan kiriman gelas yang bertatahkan intan indah tiada tara. Sang raja sangat senang dan bahagia. Kemudian dia bertanya pada salah satu penasehatnya “Bagaimana pendapatmu?” Penasehat berkata, “Gelas ini indah, tapi sebaiknya raja tidak punya, saya melihat ada musibah dan kefakiran.” “Lho, saya justru senang punya gelas ini,” protes sang raja. Penasehatnya pun menjawab, “Jika gelas ini pecah, maka hal itu adalah musibah tidak ada yang bisa memperbaiki. Jika gelas ini dicuri, maka engkau akan menjadi fakir dan engkau tidak menemukan ganti yang sepadan. Padahal sebelumya, engkau dalam keadaan aman tanpa musibah dan kefakiran”.Singkat cerita, sang raja tidak menghiraukan perkataan penasehatnya. Karena saking senangnya, setiap hari gelas itu dipakai. Ia tidak mau minum jika tidak menggunakan gelas saat, gelas tersebut jatuh dan pecah. Hati sang raja menjadi susah. Nafsu makannya hilang beberapa hari. Dia pun memanggil penasehatnya dan berkata, “Kamu benar, kalau dulu saya tidak punya gelas itu, pasti tidak akan ada kejadian gelas pecah dan aku pun tidak akan sedih.”Syukur; Kunci BahagiaHadis Rasul SAW yang menjelaskan tentang syukur tidaklah sedikit. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah berikutعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu” HR. Bukhari-MuslimHadis di atas menjelaskan bahwa manusia dituntut untuk bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. dengan bersyukur, maka tidak akan ada sifat iri hati, dengki, dan tamak yang berlebihan. Sifat-sifat buruk tersebut menjadikan hati seseorang tenang, tentram, dan tentu bahagia karena jauh dari sifat membanding-bandingkan dengan A’lam. Ilustrasi Foto Jangan kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah. – Ibnu Athaillah Dream- Nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah Mesir pada 648 H/1250 M, dan meninggal di Kairo pada 1309 M. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu. BACA JUGA Bacaan Tasyahud Akhir Doa Sebelum Salam Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili. Ibnu Atha'illah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab Al-Hikam. Ibnu Atha'illah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat. Ia dikenal sebagai master atau syekh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah pendirinya Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dan penerusnya, Abu Al-Abbas Al-Mursi. Kitab Al-Hikam merupakan karya utama Ibnu Atha’illah, yang sangat populer di dunia Islam selama berabad-abad, sampai hari ini. Kitab ini juga menjadi bacaan utama di hampir seluruh pesantren di Nusantara. Syekh Ibnu Atha’illah menghadirkan Kitab Al-Hikam dengan sandaran utama pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Guru besar spiritualisme ini menyalakan pelita untuk menjadi penerang bagi setiap salik, menunjukkan segala aral yang ada di setiap kelokan jalan, agar kita semua selamat menempuhnya. Banyak sekali untaian kata kata bijak penuh nasehat dari Ibnu Athaillah yang sangat bagus untuk disimak. Berikut Dream rangkum dari beberapa sumber, kata-kata bijak dari Ibnu Athaillah yang sarat dengan nasehat untuk kehidupan seorang muslim. 1 dari 4 halaman Engkau merdeka dari apa yang tak kau inginkan. Engkau budak dari apa yang kau serakahi. – Ibnu Athaillah Kadang umur berlangsung panjang namun manfaat kurang. Kadang pula umur berlangsung pendek namun manfaat melimpah. – Ibnu Athaillah Sebodoh-bodoh manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya karena mengikuti sangkaan orang-orang. – Ibnu Athaillah Jangan sampai tertundanya karunia Tuhan kepadamu, setelah kau mengulang-ulang doamu, membuatmu putus asa. Karena Dia menjamin pengabulan doa sesuai pilihan-Nya, bukan sesuai pilihanmu; pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan pada waktu yang kau inginkan. – Ibnu Athaillah Bisa jadi bukan orang yang benar-benar bak. Kamu kelihatan baik hanya karena kamu di antara orang-orang yang lebih buruk dibanding dirimu. – Ibnu Athaillah © Ilustrasi foto shutterstock Engkau lebih membutuhkan belas kasih-Nya ketika taat daripada ketika bermaksiat. – Ibnu Athaillah Barangsiapa yang tidak mengetahui nilai sebuah kenikmatan ketika ada, maka ia akan mengetahuinya ketika sudah tidak ada lenyap. – Ibnu Athaillah Sebaik-baik waktumu adalah saat engkau menyadari kekuranganmu, dan engkau pun kembali mengakui kerendahanmu. – Ibnu Athaillah Shalat adalah pembersih hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu keghaiban. – Ibnu Athaillah Siapa yang merasa dirinya tawadhu, berarti ia sombong, karena tawadhu tidak muncul dari orang yang merasa mulia. Maka dari itu, ketika kau merasa mulia, berarti kau telah sombong. – Ibnu Athaillah 2 dari 4 halaman Kata-Kata Bijak Ibnu Athaillah Jika engkau melihat seseorang selalu menjawab segala apa yang ditanyakan kepadanya, mengungkapkan segala apa yang disaksikannya, dan menyebut segala apa yang diketahuinya, maka ketahuilah bahwa itu tanda-tanda kejahilan kebodohan pada dirinya. – Ibnu Athaillah Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab segala sesuatu yang tidak ditanam maka hasilnya tidak akan sempurna. – Ibnu Athaillah Seseorang tidak disebut mencintai kalau masih meminta sesuatu dari yang dicintai, namun orang-orang yang betul-betul mencintai ialah orang yang mau berkorban untukmu. Maka sesungguhnya orang yang mencintai ialah orang yang memberimu, bukan orang-orang yang minta diberi pemberianmu. – Ibnu Athaillah Keinginanmu agar orang lain mengetahui keistimewaanmu adalah bukti ketidakjujuranmu dalam menghambakan diri kepada Allah. – Ibnu Athaillah Siapa yang tidak mendekat kepada Allah, padahal sudah dihadiahi berbagai kenikmatan, maka akan diseret agar mendekat kepada-Nya dengan rantai cobaan. – Ibnu Athaillah Di antara tanda matinya hati adalah tidak adanya perasaan sedih atas ketaatan yang kau lewatkan, dan tidak adanya perasaan menyesal atas kesalahan yang kau lakukan. – Ibnu Athaillah Lipatan hakiki adalah kau melipat jarak dunia sehingga kau melihat akhirat lebih dekat ketimbang dirimu sendiri. – Ibnu Athaillah Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya adalah kurangnya ar-raja’ rasa harap kepada rahmat Allah di sisi alam yang fana. – Ibnu Athaillah Apabila Allah telah membuatmu jemu dengan makhluk, maka ketahuilah bahwa Dia hendak membukakan pintu kemesraan dengan-Nya. – Ibnu Athaillah Jangan kau temani atau kau jadikan guru orang-orang yang perilakunya tidak membangkitkan kamu kepada Tuhan dan kata-katanya tidak menunjukkan kamu kepada Tuhan. – Ibnu Athaillah 3 dari 4 halaman Kata-Kata Bijak Ibnu Athaillah Kau harus tetap menghadiri majelis ilmu meskipun masih melakukan maksiat. Jika hari ini tidak mendapatkan manfaat, mungkin esok kau akan mendapatkannya. Ketahuilah, satu kali duduk di majelis seorang ulama yang tulus, dapat membuatmu berubah dari sosok pelaku maksiat menjadi hamba yang taat dan takut kepada Allah. – Ibnu Athaillah Persahabatanmu dengan orang awam yang tidak merestui hawa nafsunya lebih baik dibandingkan persahabatan dengan pemuka agama yang merestui nafsunya. – Ibnu Athaillah Istirahatkan dirimu atau pikiranmu dari kesibukan mengatur kebutuhan duniamu. Sebab, apa yang sudah dijamin diselesaikan oleh selain kamu, tidak usah engkau sibuk memikirkannya. – Ibnu Athaillah Kau tunduk kepada alam selama belum melihat Penciptanya. Jika kau telah menyaksikan-Nya maka alam akan tunduk kepadamu. – Ibnu Athaillah © Ilustrasi foto shutterstock Amal yang kosong dari ikhlas sama sekali tidak berarti, bagaikan jasad tanpa ruh. Keikhlasan merupakan ruh yang menjadikan setiap amal bermakna. – Ibnu Athaillah Menunda beramal shalih untuk menantikan kesempatan yang lebih lapang termasuk tanda kebodohan jiwa. – Ibnu Athaillah Kelezatan hawa nafsu yang sudah bersarang di kalbu merupakan penyakit kronis. – Ibnu Athaillah Jika pagi datang, orang yang lalai akan berpikir apa yang harus dikerjakannya. Sedangkan orang yang berakal akan berpikir apa yang akan dilakukan Allah kepadanya. – Ibnu Athaillah Beraneka ragamnya jenis amal perbuatan itu adalah karena bermacam-macamnya kondisi spiritual yang datang di dalam hati. – Ibnu Athaillah Jika kau tidak ingin dipecat, jangan memangku jabatan yang tidak kekal. – Ibnu Athaillah 4 dari 4 halaman Kata-Kata Bijak Ibnu Athaillah Jangan kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah. – Ibnu Athaillah Maksiat yang melahirkan rasa hina pada dirimu hingga engkau menjadi butuh kepada Allah, itu lebih baik daripada taat yang menimbulkan perasaan mulia dan sombong, atau membanggakan dirimu. – Ibnu Athaillah Pada setiap tarikan nafas, terdapat takdir Allah yang berlaku atas dirimu. – Ibnu Athaillah Diantara tanda seseorang mengikuti nawa nafsu adalah bersegera melakukan amaliyah-amaliyah yang sunnah namun malas menegakkan yang bersifat wajib. – Ibnu Athaillah Harapan adalah yang diikuti dengan tindakan. Jika tidak, maka itu hanyalah angan. – Ibnu Athaillah Salah satu tanda seseorang hanya bergantung pada amal, bukan rahmat Allah, adalah berkurangnya harapan kepada Allah saat berbuat kesalahan. – Ibnu Athaillah Tatkala berkurang apa yang membuatmu senang, maka berkuranglah pula apa yang kau sedihkan. – Ibnu Athaillah Bilamana Allah menggerakkan lidahmu untuk meminta, maka ketahuilah bahwa Allah ingin memberi. – Ibnu Athaillah Tak ada yang sulit jika engkau mencarinya melalui Tuhanmu. Tak ada yang mudah jika engkau mencarinya melalui dirimu sendiri. – Ibnu Athaillah Artikel Trendingkata bijakKata MutiaraKata-kata motivasi Daftarkan email anda untuk berlangganan berita terbaru kami Terkait Jangan Lewatkan Editor's Pick Beby Tsabina Dipulas Makeup Minimalis, Kulitnya Dipuji Sehat Banget MUA Buktikan Makeup Tanpa Bulu Mata Palsu Tetap Memikat Maksimalkan 5 Beauty Sleep, Saat Bangun Kulit Jadi Lebih Glowing Tutorial Pashmina Ceruty Meleyot, Look Jadi Kekinian Jenita Janet Putuskan Berhijab, Begini Nasib Ribuan Wignya Trending 11 Urutan Haji yang Harus Diingat, Lengkap dari Awal Sampai Akhir Keseruan Hari Terakhir Dream Day Ramadan Fest 2023 8 Potret Rumah Mewah Wenny Ariani, Ibu dari Anak Biologis Rezky Aditya, Ternyata Konglomerat? Potret Rumah Artis di Tengah Hutan yang Jarang Tersorot Rezeki Nomplok Menantu Bersih-Bersih Rumah Mendiang Mertua, Temukan Karung Berisi Jutaan Koin Lawas, Nilainya Bikin Semringah Tasyi Athasyia Bantah Tudingan Bos Pelit karena Kasih Makanan Sisa `Semoga Aku Kuat` Fenomena Menjamurnya Fashion Branded di Hong Kong Antrean tak Pernah Habis, Bebas Pajak Pula! Muhammadiyah Tetapkan 28 Juni 2023, Kapan Idul Adha Versi Pemerintah dan NU? Syekh Ibnu Athaillah menjelaskan bentuk cinta kepada Allah. Menurutnya, cinta kepada Allah yang kerap diucapkan banyak orang bisa saja merupakan cinta palsu, tetapi bisa juga cinta sejati. Cinta kepada Allah memang mudah diucapkan, tetapi pembuktiannya ini yang membutuhkan Ibnu Athaillah dalam hikmah berikut ini menyatakan ciri cinta sejati dan cinta palsuليس المحب الذي يرجو من محبوبه عوضاً أو يطلب منه غرضاً . فإن المحب من يبذل لك ليس المحب من تبذل لهArtinya, “Pecinta itu bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari kekasihnya atau mengejar sebuah tujuan dari sang kekasih. Pecinta itu orang yang berbuat sesuatu untukmu. Pecinta itu bukan orang yang diberikan sesuatu olehmu.”Menjelaskan hikmah ini, Syekh Syarqawi menjelaskan bahwa orang yang mengaku cinta kepada Allah takkan mengharapkan apapun atas amal ibadahnya. Orang yang cinta sungguhan kepada Allah hanya mengharap ridha-Nya sebagai keterangan Syekh Syarqawi berikut iniليس المحب الحقيقي الذي يرجو من محبوبه عوضاً على عمل يعمله فلا يقصده بأعماله الصالحة جنة ولا نجاة من نار أو يطلب منه غرضاً من الأغراض الدنياوية والأخروية فإن المحب الحقيقي من يبذل لك أي يعطيك ليس المحب الحقيقي من تبذل له لأن المحبة الحقيقية أخذ خصال المحبوب لمحبه. القلب فلا يصير عند المحب التفات لغير محبوبه فمن عبده تعالى لجنته فليس محبا له بل للجنةArtinya, “Pecinta sejati itu bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari kekasihnya atas perbuatan yang dia lakukan. Ia tidak bermakasud surga atau selamat dari neraka dengan amal salehnya. atau mengejar sebuah tujuan duniawi atau ukhrawi dari sang kekasih. Pecinta sejati itu orang yang berbuat yakni mempersembahkan sesuatu untukmu. Pecinta sejati itu bukan orang yang diberikan sesuatu olehmu karena cinta sejati meraih seluruh ridha kekasih untuk pecintanya. Bagi pencinta sejati, hatinya takkan berpaling pada selain kekasihnya. Oleh karena itu, siapa saja yang menyembah Allah SWT karena surga-Nya, maka ia bukan orang yang cinta Allah, tetapi cinta surga,” Lihat Syekh Syarqawi, Syarhul Hikam, [Semarang Taha Putra, tanpa catatan tahun], juz II, halaman 62-63.Jelasnya, cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan pengorbanan secara total tanpa mengharapkan imbalan apapun baik yang bersifat materi maupun nonmateri. Niat ini yang membedakan penghambaan orang yang cinta sejati kepada Allah dan penghambaan orang yang memiliki pamrih sebagai keterangan Syekh Ibnu Abbad berikut iniالمحبة تقتضى من المحب بذل كلياته وجزئياته في مرضاة محبوبه من غير طلب حظ يناله منه. فهذا مما يلزم وجود المحبةArtinya, “Cinta itu menuntut pengorbanan segala hal besar maupun hal kecil dari pecinta untuk kesenangan kekasihnya tanpa menuntut bagian yang harusnya ia terima dari kekasihnya. Ini salah satu bagian dari kelaziman riil sebuah cinta,” Lihat Syekh Muhammad Ibnu Abbad, Syarhul Hikam, [Semarang Toha Putra, tanpa catatan tahun], juz II, halaman 62-63.Sejumlah keterangan di atas ini tidak dimaksudkan untuk menilai kadar cinta orang per orang kepada Allah SWT. Pasalnya, cinta adalah masalah ghaib yang tersimpan di batin masing-masing orang. Semua ini dimaksudkan untuk mengevaluasi diri kita seperti apa warna penghambaan kita kepada Allah SWT. Wallahu alam. Alhafiz K